Dalam perjalanan budaya Jawa, primbon telah menjadi salah satu warisan leluhur yang sangat kaya akan simbol, lambang, dan istilah unik. Bagi sebagian masyarakat, primbon bukan sekadar kitab atau pedoman ramalan, melainkan juga menjadi panduan hidup, sarat dengan filosofi, nilai, dan tradisi yang telah dijaga turun-temurun.

Simbol-simbol di dalam primbon, meski tampak sederhana, menyimpan makna mendalam yang mempengaruhi laku hidup orang Jawa hingga hari ini.

 

Apa Itu Primbon?

Primbon adalah kumpulan pengetahuan tradisional yang berisi ramalan, tafsir, petunjuk laku, dan berbagai pengetahuan lain seputar kehidupan manusia, mulai dari kelahiran, pernikahan, rejeki, musibah, hingga kematian. Di dalamnya terdapat berbagai lambang, istilah, dan simbol-simbol yang menjadi kunci dalam memahami pesan-pesan primbon.

Simbol-simbol ini tidak hanya digunakan untuk meramal masa depan, tetapi juga sebagai alat refleksi diri, memperkuat spiritualitas, dan menjaga harmoni antara manusia dengan alam semesta.

 

Ragam Simbol dan Lambang dalam Primbon

Mari kita bahas beberapa simbol yang paling sering muncul dalam primbon beserta maknanya:

1. Weton

Weton adalah gabungan antara hari dalam kalender Jawa (pasaran) dan hari dalam kalender Masehi. Ada lima pasaran Jawa: Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon. Kombinasi antara pasaran dan hari lahir ini dipercaya menentukan karakter, nasib, dan kecenderungan hidup seseorang. (Penasaran ingin tahu weton kamu? Coba temukan lewat Kawruh.com)

Makna:
Setiap kombinasi weton memiliki neptu (nilai numerik) yang berbeda-beda, dan nilai inilah yang menjadi dasar perhitungan untuk menentukan hari baik, jodoh, rejeki, hingga ramalan nasib.

2. Neptu

Neptu adalah angka khusus yang diberikan pada setiap hari dan pasaran. Misalnya, Minggu=5, Senin=4, Legi=5, Pahing=9, dan seterusnya. Jumlah neptu dihitung untuk berbagai keperluan, seperti menentukan kecocokan pasangan, hari baik untuk hajatan, dan lain-lain.

Makna:
Neptu melambangkan energi, kekuatan, dan pergerakan hidup. Dalam konteks primbon, selisih atau penjumlahan neptu sering digunakan untuk mencari harmoni atau menghindari petaka.

3. Lambang Binatang

Simbol binatang juga kerap digunakan dalam primbon, seperti ular, macan, garuda, dan burung hantu. Masing-masing memiliki makna tersendiri. Misalnya, ular melambangkan kewaspadaan dan perubahan, macan adalah kekuatan dan kepemimpinan, sementara burung hantu sering dihubungkan dengan firasat dan misteri.

Makna:
Kehadiran binatang dalam mimpi atau peristiwa sehari-hari kerap dianggap sebagai pertanda atau isyarat yang harus diwaspadai atau dimaknai dengan bijak.

4. Angka dan Warna

Primbon banyak menggunakan angka dan warna sebagai simbol nasib. Misalnya, angka sembilan (9) dianggap sangat sakral, sering muncul dalam upacara adat. Warna putih melambangkan kesucian dan ketenangan, merah keberanian, dan hitam perlindungan.

Makna:
Penggunaan warna dan angka ini banyak diterapkan dalam laku spiritual seperti tirakat, upacara slametan, hingga penentuan atribut pakaian dalam ritual-ritual tertentu.

5. Arah Mata Angin (Kiblat)

Dalam primbon, arah mata angin (timur, barat, utara, selatan, dan tengah) punya makna mendalam. Tiap arah diasosiasikan dengan unsur tertentu:

  • Timur: kehidupan baru, harapan

  • Barat: peristirahatan, penutupan

  • Selatan: kekuatan, dunia gaib

  • Utara: perlindungan, pengetahuan

  • Tengah: harmoni, keseimbangan

Makna:
Arah mata angin menjadi pedoman dalam membangun rumah, menentukan letak sumur, pintu, dan sebagainya agar selalu dalam harmoni dengan alam.

6. Istilah Mistis: Sukerta, Sengkala, dan Pawukon

  • Sukerta: Anak yang lahir dalam kondisi tertentu (misalnya hari larangan) dianggap membawa beban atau cobaan bagi keluarga, sehingga perlu dilakukan ritual khusus.

  • Sengkala: Merupakan simbol angka atau sandi yang digunakan untuk menandai waktu kejadian besar, seperti pembangunan atau keruntuhan kerajaan.

  • Pawukon: Sistem penanggalan Jawa yang terdiri dari 210 hari, terdiri dari 30 wuku, dan digunakan untuk menentukan hari baik dan buruk.

Makna:
Ketiga istilah ini digunakan untuk membaca tanda-tanda waktu dan peristiwa, serta menentukan laku yang perlu diambil dalam menghadapi situasi tertentu.

7. Simbol Alam: Gunung, Sungai, dan Laut

Alam menjadi simbol penting dalam primbon. Gunung melambangkan kekuatan dan spiritualitas, sungai adalah aliran rejeki, dan laut adalah dunia bawah sadar yang misterius.

Makna:
Banyak upacara adat dan ritual mengambil lokasi di alam terbuka—di kaki gunung, tepi sungai, atau pesisir laut—untuk menguatkan energi spiritual dan meminta berkah.

8. Simbol Angka Kejadian: 13, 40, 1000

Beberapa angka dipandang istimewa dalam primbon, misalnya angka 13 sering dihindari, 40 adalah angka masa perubahan (misal: selamatan 40 hari), dan 1000 adalah simbol kelimpahan.

Makna:
Penggunaan angka-angka ini biasanya berkaitan dengan penentuan waktu ritual atau syarat laku tertentu agar hasilnya lebih baik.

 

Pengaruh Simbol dalam Kehidupan Sehari-hari

Simbol dalam primbon tak hanya sekadar perhitungan. Ia menjadi pedoman dalam mengambil keputusan penting, seperti menikah, membangun rumah, hingga memulai usaha. Banyak orang Jawa, bahkan hingga kini, masih memeriksa weton sebelum menentukan hari pernikahan atau membuka usaha.

Simbol-simbol ini juga menanamkan nilai filosofi penting, seperti pentingnya kehati-hatian (melalui simbol ular), mencari harmoni (arah mata angin), hingga perlunya memahami kodrat dan waktu (pawukon dan sengkala).

Tak jarang, dalam upacara adat, lambang-lambang primbon dihadirkan secara simbolis—misal penggunaan tumpeng sebagai gunung, atau air kelapa sebagai simbol pembersihan jiwa.

 

Kritik dan Relevansi Masa Kini

Di satu sisi, penggunaan simbol dalam primbon seringkali dikritik sebagai bentuk kepercayaan yang irasional atau tak sesuai zaman. Namun, jika dicermati, simbol-simbol ini justru mengajarkan manusia untuk hidup seimbang, waspada, dan menghargai alam semesta.

Dalam kehidupan modern, simbol primbon masih eksis, namun mengalami transformasi makna.

Banyak orang muda mulai memaknai ulang simbol weton sebagai refleksi karakter, atau memakai warna dan arah sebagai bagian dari estetika dan psikologi positif, bukan sekadar ramalan kaku.

Simbol dan lambang dalam primbon Jawa adalah cermin kebijaksanaan leluhur yang patut kita hargai.

Di balik setiap angka, warna, binatang, dan istilah, tersembunyi filosofi hidup yang mendorong kita untuk selalu mawas diri, mencari harmoni, dan menyatu dengan alam.

Kita bisa belajar dari simbol-simbol ini, bukan untuk terjebak dalam fatalisme, tetapi untuk memahami makna hidup dengan cara yang lebih dalam dan menyeluruh.

Sebagaimana petuah dalam Serat Wedhatama:

"Urip iku urup, kang kudu tansah padha eling lan waspada, amarga kabeh ana lambang lan tandha."

Hidup itu menyala, kita mesti selalu ingat dan waspada, karena segalanya punya lambang dan tanda.

 

Referensi

  • R Gunasasmita, Kitab Primbon Jawa Serbaguna, Pustaka Jaya, 2009

  • Serat Wedhatama, KGPAA Mangkunegara IV