Dalam kehidupan masyarakat Jawa, konsep "nrimo ing pandum" sering menjadi prinsip dasar yang dianut sebagai pedoman menjalani hidup yang penuh dengan tantangan dan ketidakpastian. Namun, dalam perkembangan zaman modern, konsep ini seringkali disalahpahami sebagai tindakan pasrah total tanpa melakukan usaha sama sekali.

Untuk memahami lebih mendalam, mari kita telusuri makna sejati di balik "nrimo ing pandum" dan mengapa konsep ini sebenarnya bukanlah sikap pasrah tanpa usaha, melainkan sikap menerima dengan bijak hasil usaha maksimal yang telah dilakukan.

 

Pemahaman yang Salah tentang "Nrimo ing Pandum"

Banyak orang yang menyalahartikan "nrimo ing pandum" sebagai sikap pasif yang cenderung malas dan tidak mau berusaha lebih keras untuk memperbaiki keadaan hidupnya. 

Pandangan semacam ini tentu jauh dari esensi sebenarnya yang diajarkan dalam filsafat Kejawen.

Justru, prinsip ini bertujuan menghindarkan seseorang dari rasa kecewa yang berlebihan, ketamakan, dan rasa tidak puas yang sering menjadi penyebab kegelisahan batin.

 

"Nrimo ing Pandum, Makaryo ing Nyoto"

Sebenarnya, ungkapan selengkapnya yaitu "nrimo ing pandum, makaryo ing nyoto", yang berarti menerima dengan ikhlas apa yang telah diperoleh, sambil tetap bekerja keras dalam kenyataan sehari-hari.

Kalimat ini menegaskan bahwa konsep "nrimo ing pandum" tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berdampingan dengan usaha nyata atau "makaryo ing nyoto".

Artinya, seorang individu harus aktif, produktif, dan gigih dalam berusaha, sembari tetap menjaga kebijaksanaan dan penerimaan terhadap hasil akhir dari usaha tersebut. Kombinasi keduanya menciptakan harmoni dan keseimbangan dalam hidup.

 

Keseimbangan Antara Usaha dan Penerimaan

Dalam filosofi Jawa, "nrimo ing pandum" mengajarkan pentingnya keseimbangan antara usaha keras dan keikhlasan menerima hasil. Hal ini sangat relevan dalam kehidupan modern yang penuh tekanan dan persaingan tinggi.

Kita sering melihat individu yang terus menerus merasa kurang, meskipun telah mencapai berbagai kesuksesan dalam hidupnya.

Mereka lupa untuk bersyukur dan menikmati hasil yang diperoleh karena terus menerus mengejar sesuatu yang lebih tanpa rasa cukup.

Di sinilah "nrimo ing pandum" berfungsi sebagai pengingat pentingnya rasa syukur dan penerimaan atas apa yang telah didapatkan.

Prinsip ini juga tidak bertentangan dengan semangat modernisasi atau pun produktivitas.

Sebaliknya, justru mendorong individu untuk tetap produktif dan maksimal dalam berusaha, namun dengan kesadaran penuh bahwa hasil akhir tidak selalu sepenuhnya berada dalam kendali manusia.

Dalam konteks ini, "nrimo ing pandum" adalah wujud nyata dari keseimbangan antara kerja keras dan pengelolaan emosi yang bijaksana.

 

Spiritualisme dan "Nrimo ing Pandum"

Selain itu, "nrimo ing pandum" juga erat hubungannya dengan konsep kepercayaan kepada Tuhan atau Gusti.

Dalam spiritualitas Jawa, seseorang percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup merupakan bagian dari kehendak Tuhan yang lebih besar dan penuh hikmah.

Dengan demikian, sikap menerima dengan ikhlas merupakan cermin keyakinan dan keimanan yang kuat bahwa apa pun hasilnya, itu adalah yang terbaik dari Tuhan untuk hambanya.

Namun, sekali lagi, keyakinan ini tidak berarti menghentikan usaha manusia, tetapi memberikan kekuatan tambahan dalam menjalani hidup yang penuh perjuangan.

 

Relevansi "Nrimo ing Pandum" dalam Kehidupan Modern

Dalam kehidupan modern yang sering kali serba cepat dan instan, prinsip "nrimo ing pandum" juga bisa menjadi semacam pengendali bagi seseorang untuk tidak terjebak dalam ambisi yang berlebihan, yang pada akhirnya bisa merusak kesehatan fisik dan mental.

Menerima dengan bijaksana bukan berarti menghentikan langkah, tetapi lebih kepada mengatur ritme hidup yang seimbang, penuh dengan kesadaran diri dan kedamaian batin.

*****

Sebagai penutup, sangat penting bagi kita untuk meluruskan pemahaman terhadap konsep "nrimo ing pandum" ini. Alih-alih dianggap sebagai ajaran untuk menjadi pribadi yang pasif, "nrimo ing pandum" justru merupakan panduan bijaksana untuk hidup yang seimbang antara usaha maksimal dan keikhlasan menerima hasil.

Konsep ini mengajarkan kita tentang arti sesungguhnya dari rasa syukur, penerimaan, dan keseimbangan dalam hidup yang penuh dengan ketidakpastian.

Dengan memahami dan menerapkan secara benar, kita tidak hanya menjadi pribadi yang lebih kuat secara emosional, tetapi juga mampu menjalani kehidupan dengan damai, bahagia, dan penuh makna.